PERPUSTAKAAN

Sabtu, 16 Juli 2016

FASE PERJALANAN HIDUP MANUSIA

FASE PERJALANAN HIDUP MANUSIA PETA PERJALANAN HIDUP MANUSIA

 Hidup mesti dilihat mengikut ketetapan Penciptanya. Hanya dengan itu kebahagiaan yang hakiki dan abadi dapat dimiliki. What you get is what you see ? apa yang kita dapat, bergantung kepada apa yang dilihat. Dan tidak ada penglihatan yang paling tepat dan jelas melainkan dirujuk kepada pandangan Allah. Mereka yang dapat mengikut ketetapan Allah itulah yang dikatakan delik mata hati – melihat hidup dengan penuh kesadaran. Untuk menjadi sadar (delik mata hati) kita perlu memahami skenario kehidupan seperti yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t.

Kita tidak minta untuk dihidupkan tetapi hidup ini adalah karunia Allah. Untuk hidup selamat, tenang, dan bahagia, hiduplah mengikut “skenario” Pencipta. Jadilah hamba yang sebenarnya karena itu menentukan bagaimana kita melihat hidup ini. Who you are determines how you see ? siapa anda ? menentukan bagaimana anda melihat (memandang). Jadi, apabila kita merasakan diri kita hamba Allah, maka kita akan melihat hidup ini dari kaca mata Penciptanya (Allah)! 

A. Skenario Kehidupan Skenario kehidupan inilah jika dilalui dengan penuh iltizam dan istiqamah, akan menghasilkan kemenangan antara diri kita dan masyarakat, material dan spiritual, dunia, dan akhirat. Kita akan mendapat apa yang sepatutnya dan sewajarnya yang kita dapat. Sebaliknya, jika apa yang kita lihat tersalah ataupun tersasar, maka apa yang kita dapat juga akan tersasar. Kita akan menyesal di dunia, lebih-lebih lagi di akhirat karena kita dapat apa yang sepatutnya “tidak kita dapat”. Terasa benarlah hidup di dunia hanya sia-sia. Inilah yang digambarkan oleh firman Allah yang dimaksud: “Sesungguhnya (dengan keterangan yang tersebut), Kami memberi amaran kepada kamu mengenai azab yang dekat masa datangnya – yaitu hari seseorang melihat apa yang diusahakannya, dan (pada hari itu) orang yang kafir akan berkata: “Alangkah baiknya kalau aku menjadi tanah (supaya aku tidak dibangkitkan untuk dihitung amalku dan menerima balasan).” (Surah al-Naba’ 78: 40). Apakah hanya apabila kita berada di dalam kubur, barulah kita akan tersentak (tersadar) dalam memahami apa sebenarnya hakikat hidup ini? Pada waktu itu baru kita faham dan akur tentang apa tujuan kita dihidupkan di dunia. Dan di situ jualah baru kita sadar apa yang paling bernilai dan apa yang tidak bernilai dalam hidup. Pendek kata sewaktu itulah pandangan kita tentang hidup (worldview) akan tepat dan jelas. Namun sayang sekali, di sana segala-gala yang tepat dan jelas itu sudah tidak berguna lagi. Kata utama: “Beramallah ketika berada di tempat yang tidak ada ganjaran tetapi ada peluang beramal (dunia), sebelum kita berpindah ke tempat yang hanya ada ganjaran tetapi sudah tidak ada peluang beramal (akhirat).” Oleh sebab itu lebih baik kita terlebih dahulu sadar ketika hidup di dunia (karena kita masih ada peluang untuk memperbaiki diri dan membetulkan kesalahan), daripada kita tersadar ketika berada di alam kubur, yang pada ketika itu segala-galanya sudah tidak berguna lagi. Ada kalanya bersama jasad, ada masanya hanya dengan roh saja. Setiap alam berbeda daripada alam sebelumnya. Pengembaraan itu adalah satu perjalanan yang panjang. Penuh ujian dan cobaan. Dan perbedaan alam itu menuntut peranan dan respons yang berbeda pula. Apakah alam-alam itu?

 B. Takah Hidup Insan Perjalanan manusia bermula dari alam roh. Di sana manusia tidak mempunyai jasad. Tidak diketahui lelaki atau perempuan. Bagaimana keadaan kita pada waktu itu? Sangat sedikit yang kita ketahui tentang alam itu. Firman Allah: “Jika kamu bertanya tentang roh, katakan yang roh itu urusan Tuhanmu. Dan tidaklah kamu mengetahui daripada ilmu Allah melainkan sedikit sekali.” (Surah al-Israk 17: 8) Alam Roh Tetapi apa yang pasti di alam itu manusia sangat dekat dengan Tuhan. Sehingga pengakuan ini dicatat dalam al-Quran: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Roh menjawab, ya kami menjadi saksi (kewujudan-Mu).” (Surah al-A’raf 7: 172)

 Pada ketika itu, roh sangat kenal dan mengakui keesaan Allah sebagai Rabb (Penciptanya). Pada ketika itu juga roh berjanji untuk menjadi hamba Allah yang patuh. Perjanjian ini termaterai antara manusia dengan Allah sehingga dengan itu manusia sanggup memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi. Walaupun semua makhluk lain menolak amanah ini, manusia sebaliknya, telah menyatakan kesanggupannya. Dan kesediaan ini menyebabkan manusia menjadi pakar sejarah dalam kehidupan di muka bumi yang besar kesannya kepada kehidupannya sendiri. Firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya kerena bimbang tidak dapat menyempurnakannya dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.” (Surah al-Ahzab 33: 72). Tidak diketahui berapa lama waktu manusia berada di alam roh. Namun yang pastinya setiap manusia mengambil gilirannya untuk “diturunkan” ke alam dunia. Kita pun datang ke bumi generasi demi generasi. Sayangnya, pengakuan, perjanjian, kesanggupan dan segala yang berlaku di alam roh seolah-olah sudah dilupakan oleh manusia. Mengapa kita lupa? Memang logikanya kita lupa karena alam itu telah begitu lama kita tinggalkan. Sedangkan hal yang berlaku seminggu yang lalu pun kita boleh ‘terlupa’, entah berapa ratus ribu tahun sudah kita membuat perjanjian itu?

 Alam Rahim Sebelum dilahirkan ke alam dunia, manusia terlebih dahulu “transit” di alam rahim. Alam rahim terletak di dalam perut ibu. Indah sekali namanya; Rahim (nama Allah Al-Rahim). Sekali gus melambangkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, yang hakikatnya berasal daripada kasih sayang Allah. Di sini janin dilindungi untuk menjadi seorang bayi. Bayi akan tinggal di alam yang kukuh dan penuh kasih sayang ini selama lebih kurang 9 bulan 10 hari (mengikut kebiasaannya). Dalam waktu tersebut ada beberapa proses biologi dan rohani berlaku. Daripada sari pati tanah, menjadi nutfah, kemudian menjadi alaqah dan diikuti pembentukan mudghah. Kemudian menjadi tulang dan selepas itu mula diliputi dengan daging, dan dibungkus dengan kulit. Akhirnya terbentuklah bayi yang lengkap sifatnya. Di alam rahim ada beberapa perkara telah ditentukan. Antaranya rezeki, masa kehidupan, penderitaan dan kebahagiaan. Hadist dari Abdullah bin Mas’ud r.a dia berkata, Rasulullah s.a.w. seorang yang benar serta dipercayai pernah bersabda: “Kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Sebaik saja genap empat puluh hari kali kedua terbentuklah segumpal darah beku. Manakala genap empat puluh hari kali ketiga bertukar menjadi sebentuk daging. Kemudian Allah s.w.t. mengutus malaikat untuk meniupkan roh serta memerintah supaya menulis empat perkara yaitu ditentukan rezeki, kematian, amalan serta nasibnya sama ada mendapat kesengsaraan atau kebahagiaan. Maha suci Allah s.w.t. di mana tiada tuhan selain-Nya, seandainya seseorang itu melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni syurga sehingga kehidupannya hanya tinggal sehasta dari waktu kematiannya, tetapi disebabkan ketentuan takdir, niscaya dia akan bertukar dengan melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni neraka sehingga dia memasukinya. Begitu juga dengan mereka yang melakukan amalan ahli neraka, tetapi disebabkan oleh ketentuan takdir niscaya dia akan bertukar dengan melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni syurga ketika dia memasukinya.” Tegasnya, segala persediaan dan kelengkapan untuk menuju alam dunia telah dipersiapkan di sini. Jasadnya mula dilengkapi oleh komponen panca indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, rasa dan lain-lain). Sebagaimana penyelam yang perlu memakai pakaian khas untuk menyelam, lengkap dengan bekalan oksigennya, maka begitulah manusia yang berpindah ke alam dunia, pakaian khasnya ialah jasad dan kelengkapannya ialah panca indera. Alam Dunia Tiba masanya, manusia hidup pun di“on”kan. Manusia pun lahir ke alam dunia dengan diiringi tangisan. Tangisan ini ada maknanya yang tersendiri. dikalangan ahli kerohanian ada yang mentafsirkan tangisan ini sebagai tanda protes bayi tersebut terhadap syaitan yang sejak lahir saja manusia ke dunia sudah diajak kepada kejahatan. Begitulah arti tangisan itu. Manakala ahli pengobatan pula menjelaskan bahwa tangisan itu diperlukan untuk si bayi berawal mengepam oksigen ke paru-parunya yang baru berfungsi. Apa pun makna dan tafsirannya, hidup memang dimulakan dengan tangisan, di celah-celah kehidupan ada tangisan dan diakhiri dengan tangisan. Tidak ada manusia yang lahir dengan ketawa! Di alam dunia inilah bermulanya ujian kerana memang manusia hidup untuk diuji. Firman Allah yang bermaksud: “Dijadikan mati dan hidup bagi kamu untuk menguji siapakah antara kamu yang terbaik amalannya.” (Surah al-Mulk 67:2) Lazimnya hidup manusia ini sekitar 60 hingga 70 tahun, namun perlu diingat, hidup di dunia inilah yang paling kritikal, karena ia menentukan bahwa kita bahagia atau menderita selama-lamanya. Dunia ini penuh dengan ujian. seumpama “dewan pemeriksaan”. Manusia mesti menjawab yang sebenarnya, yang akan ditanyakan di alam kubur dan alam Mahsyar itu telah pun dimaklumatkan kepada manusia di dunia. misalnya : Pertanyaan didalam kubur: Siapa Tuhan kamu? Siapa Imam kamu? Siapa saudara kamu? pertanyaan di Alam Mahsyar: Ke mana hartamu kamu belanjakan? Ke mana ilmumu kamu gunakan? Ke mana umurmu kamu sia-siakan? Bagaimana umur mudamu dihabiskan? Namun, harus diingat pertanyaan itu bukan dijawab secara lisan berdasarkan pemikiran. Tetapi perbuatan dan amalan kita di alam dunia itulah yang membantu memberi ‘jawaban’. Jika kita melakukan sesuatu yang selaras dengan kehendak Allah, maka itu jawaban kepada pertanyaan “Siapa Tuhan kamu?”. Jika kita benar-benar mengikut panduan sunnah Rasulullah, maka itulah jawaban kepada pertanyaan “Siapa imam kamAlam Alam Barzakh (Alam Kubur) Hidup di dunia akan berakhir melalui proses kematian.

Jika kelahiran adalah proses yang membawa kita pindah dari alam rahim ke alam dunia, maka kematian adalah proses yang membawa kita pindah dari alam dunia ke alam barzakh. Hakikatnya, kelahiran dan kematian adalah sama – satu proses yang mesti dilalui sebelum berpindah ke alam selepas dari alam sebelumnya. Sayangnya, ramai manusia yang hanya membuat persediaan untuk menghadapi kelahiran berbanding kematian. Kain lampin lebih populer daripada kain kafan! Alam barzakh (artinya pemisah) ialah : sempadan antara dunia dan akhirat. Di sana manusia ibarat dalam tahanan preman, sementara menunggu saat pembicaraan. Tetapi di alam barzakh ini sudah ada petunjuk-petunjuk awal sama ada pengembaraan seterusnya akan berjalan dengan baik atau sebaliknya. Di sini sudah mulai soal siasat terhadap segala perlakuan di dunia. Dua malaikat, Munkar dan Nakir, sudah menjalankan tugas awalnya. Mukadimah nikmat (bagi yang soleh) dan mukadimah azab (bagi yang toleh) sudah ketara dan dirasai. Di sini manusia akan menunggu saat pembicaraan sama ada dalam keadaan selesa atau siksa. Pembicaraan dan keputusan muktamadnya adalah di Padang Mahsyar.

 Alam Mahsyar Dua tiupan (bumi dilipatkan semula dengan sistem aturannya diterbalikkan. Dan berlakulah letupan kuat). Sangkakala dikumandangkan oleh Israfil – kali pertama untuk mematikan mereka yang masih hidup di saat itu dan kali kedua untuk menghidupkan semula semua yang sudah mati. Manusia pun dibangkitkan semula dari alam kubur menuju Mahsyar. berbagai rupa dan cara manusia ke sana ditentukan oleh amalan masing-masing. Visualnya, digambarkan dengan jelas dalam peristiwa Isra Mikraj. Di sanalah keadilan yang mutlak dan muktamad ditegakkan. Jika di dunia yang benar tidak selalu dimenangkan, dan yang salah tidak selalu dikalahkan, tetapi di akhirat yang benar pasti menang, yang salah pasti kalah. Allah Maha Adil dalam menentukan sesuatu hukuman. Walaupun Dia Hakim yang Maha Mengetahui, namun Dia masih mahu pengadilan itu dibuktikan oleh para saksi. Sedangkan apa perlunya saksi jika segala-galanya sudah diketahui? Ketika itu anggota badan kitalah yang menjadi saksi – segalanya dibenarkan bersuara malah mendakwa. Alam Syurga atau Neraka Setelah menerima catatan amal (lengkap dengan fakta dan data yang terperinci), yang bukan hanya mencatat setiap langkah kaki tetapi juga lintasan hati, maka “keputusan” pemeriksaan itu melayakkan manusia ke alam syurga jika berjaya dan ke alam neraka jika gagal. Di sanalah perjalanan yang panjang itu berakhir. Ada yang “happy ending”. Ada pula yang berakhir dengan sengsara. Sampai kapan? Sampai kapan-kapan. Tidak ada perjalanan lagi selepas itu! Itulah hidup yang hakiki dan di sanalah perhentian yang abadi. Sehingga di sini istirahatkan anda karena lelah juga menyusuri perjalanan hidup kita. Perjalanan sebenarnya tentu menuntut kelelahan yang berganda. Perjalanan ini penuh liku, cobaaan dan kesusahan. Jika perjalanan di satu alam (dunia) ini pun kita tersesat dan melarat, apalagi lagi perjalanan yang melalui di lima alam yang serba unik itu. Dan yang paling penting ialah bagaimana hendak menjalani kehidupan yang sebaik-baiknya di alam dunia – alam yang sedang kita hidup sekarang. Masa lalu tidak dapat diputar kembali. Manakala masa depan, tidak boleh dijangkau. Apa yang penting ialah kita boleh menentukan masa depan (di Alam Barzakh, Mahsyar, Syurga atau Neraka) dengan bekerja kuat pada hari ini (di dunia) dengan input dan peringatan yang kita dapat daripada masa lampau (di alam roh). Insya-Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar