PERPUSTAKAAN

Rabu, 13 Juli 2016

ORANG JAWA KETURANAN DEWA / NABI ?

ORANG JAWA KETURANAN DEWA / NABI ?



Orang JAWA keturunan Dewa atau Nabi ? Setiap kaum mempunyai Nabinya sendiri - sendiri dan Tuhan tidak selalu menurun
kan utusan- Nya hanya dibumi ARAB saja. Tuhan pasti juga menurunkan di tempat - tempat lain yang kaumnya telah tersesat, tak terkecuali di bumi Nusantara kita ini. Dalam cerita kuno dikatakan bahwa orang Jawa itu anak keturunan atau berasal dari DEWA. Dalam bahasa Jawa orang Jawa disebut Wong Jawa, dalam bahasa ngoko-sehari-hari, artinya : wong itu dari kata wahong Jawa, artinya orang Jawa itu adalah anak keturunannya dewa. Begitu pula Tiyang Jawa itu dari kata Ti Hyang Jawa artinya juga sama, yaitu anak keturunan dewa ,dalam bahasa krama inggil—halus. Benarkah ORANG JAWA KETURUNAN DEWA ? 

Berikut adalah silsilah mulai dari Nabi Adam hingga Raja – raja di tanah JAWA: 
1. Nabi Adam. 2. Nabi Sist (Sang Hyang Syta ) 3. Sayid Anwar (Sang Hyang Nur Cahya) 4. Sang Hyang Nurasa 5. Sang Hyang Wenang (Sang Hyang Wisesa) 6. Sang Hyang Manik Maya (Betara Guru) 7. Betara Brahma / Sri Maha Punggung / Dewa Brahma Dari generasi ke-7 Nabi Adam ( BETARA BRAHMA ) kemudian menurunkan pemimpin – pemimpin besar / Raja – raja di tanah JAWA. Dimana dalam kebudayaan Jawa, konsep Raja adalah penyangga dan penghubung mikrokosmos dan marokosmos, kehidupan manusia dan alam semesta. Kemampuan Raja dalam mengemban fungsi tersebut karena ia memiliki kekuatan magis dari dua daya yang dimilikinya. Pertama, ia mendapat wahyu. Kedua, ia memiliki kesaktian. Wahyu menjadi Raja diperolehnya sebagai berkah dari Hyang Maha Kuasa. 

Silsilah Betara Brahma – pemimpin – pemmpin Raja – raja tanah Jawa , adalah sbb: 1.Betara Sadana (Brahmanisita). 2. Betara Satapa (Tritusta). 3. Bambang parikanan. 4. Resi Manumayasa. 5. Resi Sekutrem. 6. Begawan Sakri. 7. Begawan Palasara. 8. Begawan Abiyasa (Maharaja Sanjaya). 9. Pandu Dewanata. 10. Dananjaya (R.Arjuna). 11. R. Abimanyu. 12. Prabu Parikesit. 13. Prabu Yudayana. 14. Prabu Yudayaka (Jaya Darma). 15. Prabu Gendrayana. 16. Prabu Jayabaya. 17. Prabu Jaya Amijaya. 18. Prabu Jaya Amisena. 19. Raden Kusumawicitra. 20. Raden Citrasuma. 21. Raden Pancadriya. 22. Raden Anglingdriya. 23. Prabu Suwelacala. 24. Prabu Sri Maha Punggung. 25. Prabu Kandihawan (Jayalengkara). 26. Resi Gatayu. 27. Resi Lembu Amiluhur. 28. Raden Panji Asmara Bangun (Inu Kertapati). 29. Raden Kudalaweyan (Mahesa Tandreman). 30. Raden Banjaran Sari. 31. Raden Munding Sari. 32. Raden Munding Wangi. 33. Prabu Pamekas. 34.Raden Jaka Sesuruh (R. Wijaya / raja Majapahit). 35. Prabu Taruma (Bhre Kumara). 36.Prabu Hardaningkung (Brawijaya I). 37.Prabu Hayam Wuruk. 38.Raden Putra. 39.Prabu Partawijaya. 40.Raden Angkawijaya (Damarwulan). 41. Bethoro Kathong.

 Nabi Adam, beristeri Siti Hawa, antara lain berputra Nabi Sist. Nabi Sist beristeri Dewi Mulat, antara lain berputra Sayid Anwar. Sayid Anwar tidak mengakui agama Nabi Adam dan Nabi Sis, sehingga disuruh pergi. Sayid Anwar ingin menciptakan sariat sendiri. Sayid Anwar pergi ke Timur, akhirnya tiba di tanah Dewani lalu bertemu dengan raja Jin bernama Prabu Nurradi. Sayid Anwar diambil menantu oleh Prabu Nurradi, kemudian diangkat menjadi raja memimpin para jin bergelar Prabu Nurcahya. Setelah Prabu Nurcahya menjadi raja, wilayahnya lalu disebut tanah Jawa. Sayid Anwar menurunkan para Nabi selanjutnya dan Sayid Anwar mempunyai putra ghaib bernama Sang Hyang Wenang. Sang Hyang Wenang berputra Sang hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal mempunyai keturunan dalam bentuk telur. Kulit telurnya berubah menjadi Bathara Antaga (Togog), putih telurnya menjadi Bathara Ismaya (Ki Lurah Semar Bodronoyo) dan kuning telurnya menjadi Bathara Manikmaya (Bathara Guru). Dan Bathara Ismaya-lah yang menurunkan para Pandawa dan seterusnya. Setelah menjadi raja diantara bangsa jin di pulau Malwadewa, Sayid Anwar menggelarkan dirinya sebagai Sang Hyang Nurcahya (perpaduan cahaya). Selanjutnya Putri Prabu Nurhadi (Nurradi) yang bernama Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni) diserahkan dan dijadikan permaisuri Sang Hyang Nurcahya. Sang Hyang Nurcahya mendapatkan keturunan dari Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni) berwujud Asrar (rahsa daya hidup, plasma, tan wujud) yang bercahaya sangat terang benderang menyilaukan dan menerangi kegelapan. Asrar (tan wujud) itu kemudian disiram dengan air kehidupan menjadi wujud. Oleh Sang Hyang Nurcahya diberi nama Sang Hyang Nurrasa. Kemudian Sang Hyang Nurrasa berputra, salah satunya adalah Sang Hyang Wenang. Dalam Serat Paramayoga yang merupakan karya sastra berbahasa Jawa karya pujangga Ranggawarsita, isinya merupakan perpaduan unsur Islam, Hindu, dan Jawa asli. Tokoh Sang Hyang Wenang misalnya, disebut sebagai leluhur dewa-dewa Mahabharata sekaligus keturunan dari Nabi Adam. Ia memiliki seorang kakak bernama Sang Hyang Darmajaka dan seorang adik bernama Sanghyang Pramanawisesa. Setelah dewasa, Sang Hyang Wenang mewarisi takhta Kahyangan Pulau Dewa dari ayahnya. Kahyangan ini konon sekarang terletak di negara Maladewa, di sebelah barat India. Sang Hyang Wenang dipuja bagaikan Tuhan oleh para penduduk Pulau Dewa yang saat itu kebanyakan dari bangsa jin. Sang Hyang Wenang beristeri ( 1 ) Dewi Saoti berputra Sang Hyang Tunggal, beristeri ( 2 ) Dewi Rekothowati berputra Bathara Manik (Sang Hyang Guru) dan Bathara Maya (Semar). Bathara Manik berputra sembilan, antara lain Bathara Brahma. Brahma adalah asal muasal orang Jawa. Padahal Brahma adalah cicit dari Syang Hyang Wenang yang merupakan galur dari Sayid Anwar, putra Nabi Sis. Brahma diduga adalah nama plesetan dari Nabi Ibrahim sehingga sebagian penduduk Jawa merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Pasalnya, dalam mitologi Jawa istri dari Brahma adalah Saraswati. Bathara Brahma berputra Bremani kemudian Manumayasa kemudian berputra Satrukem kemudian Bathara Brahma kemudian berputra Sakri kemudian berputra Palasara kemudian berputra Abyasa. Abyasa beristeri Ambalika antara lain berputra Pandu. Menurut Mahabharata, Wicitrawirya bukanlah ayah biologis Pandu. Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan. Ambalika, janda Wicitrawirya diserahkan kepada Bagawan Byasa (Abyasa) agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putra yang buta (Dretarastra) seperti yang telah dilakukan Ambalika. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan (Byasa) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat. Pandu, beristeri Kunti antara lain berputra Harjuna. Harjuna atau Arjuna adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata (Pandu), raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Harjuna memiliki sepuluh nama: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi (juga disamakan dengan Sabyasachi), dan Dhananjaya. Arjuna, beristeri Dewi Subadra berputra Abimanyu. Abimanyu menikah dengan Uttara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putera bernama Parikesit, yang lahir setelah ia gugur. Abimanyu, berputra Parikesit, antara lain berputra Prabu Jabaya, menjadi raja Mamenang (Kadiri).Parikesit beristeri Dewi Satapi alias Dewi Tapen berputra Yudayana dan Dewi Pramasti.Yudayana, antara lain berputra Gendrayana. Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna (Harjuna) dari keluarga Pandawa. Jayabaya, beristeri Dewi Sara antara lain berputra / putrid Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan Anglingdarma raja Malawapati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar