Misteri Tanah Awal Para Nabi
Artikel ini mencoba menguraikan mengenai bangsa-bangsa awal dunia, para Nabi terawal serta kaitannya dengan tanah Nusantara yang bertuah ini maka saya persembahkan satu artikel berbentuk HIPOTESIS untuk kita sama-sama memikirkan kebenaran disebaliknya. Dalam artikel ini kita akan mengembara di zaman yang paling jauh yang tak pernah saya pergi sebelum ini. Saya akan bawa anda ke zaman dimana manusia pertama bertapak dibumi. Ya, zaman Nabi Allah Adam a.s bersama isterinya Hawa serta anak-anak mereka setelah baginda dikeluarkan dari Surga al Jannah.
Sebenarnya para pembaca sekalian, persoalan ini telah membelengu pemikiran saya sejak beberapa tahun yang lalu. Namun hanya sekarang baru saya mampu untuk merangkaikanya setelah membaca dan mengkaji dari pelbagai sudut termasuklah dari sudut Agama. Apakah persoalan tersebut? Ini adalah mengenai teori yang menyatakan bahwa Nabi Adam itu diturunkan oleh Allah di tanah Nusantara. Saya percaya diantara pembaca sekalian mengetahui melalui bacaan atau mendengarnya dari sumber lainnya tentang "Misteri Tanah Awal Para Nabi" ini. Namun bagi saya jika saya tidak mengkajinya sendiri, niscaya tidak akan puas hati dengan bacaan yang saya baca. Sebab itulah saya mencoba membuat sedikit penulisan dan berbagai rujukan mengenai teori tersebut. Oleh itu mari kita hayati kisah manusia pertama ini dahulu, ADAM.
Adam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah 2 :30-38 dan Al-A’raaf 7 :11-25.
Menurut ajaran agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.
Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah, anak-anak Adam adalah Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.
Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang lebih 27,432 meter).
Diriwayatkan dari Abu Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kemudian Ia berkata, ‘Pergilah dan berilah salam kepada para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam kepadamu, karena itu akan menjadi salam bagimu dan salam bagi keturunanmu’. Ia berkata, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka berkata, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai ada atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa menjadi semakin pendek hingga sekarang”
Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang berbeda.
Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi bisa sebagai makhluk asing dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan cerdas, dari peradaban di bumi sampai kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:
"...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin 95:4)
Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan dua kaki dan menjadi makhluk purba berpakaian seadanya.
Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an: "...dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya."(QS. Al-Baqarah 2:30)
Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat (ditunjuk) Allah sebagai khalifah (pemimpin/pengganti/penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang sebelumnya sudah ada makhluk lain. Maka dengan kata lain adalah, Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memimpin di bumi.
Dalam Al-Quran disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.
Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas.
Surah Al Hijr ayat 27 berisi: "...dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas."(QS. Al-Hijr 15:27)
Dari ayat ini, Ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah jin yang suka berbuat kerusuhan."
Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.
Setelah Allah menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:
"Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"(QS. Al-Baqarah 2:30)
Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS. Al-Baqarah 2:30)
Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang dibentuk sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna.
Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.
Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.
Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.
Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki akal yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.
Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia masih tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:
"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."(QS. Al-Baqarah 2:35)
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah kepada mereka.
Iblis menipu mereka dengan mengatakan bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup kekal seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:
"Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."(QS. Al-Baqarah 2:36)
Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Mereka lalu bertaubat kepada Allah dan setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:"Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."(QS. Al-Baqarah 2:38)
Adam dan Hawa kemudian diturunkan ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Nabi Adam a.s. tidak turun dengan tanpa pengetahuan. Nabi Adam telahpun dipenuhkan dirinya oleh Allah swt akan ILMU SEGALA NAMA. Nabi Adam kemudiannya mewariskan ilmu ‘SEGALA NAMA’ kepada anak cucunya yang haq. Anak cucu inilah yang menjadi DEWA-DEWI dan ORANG-ORANG YANG DIBERI KAROMAH yang dikenali pada catatan-catatan ketamadunan kuno. Tetapi, dikhabarkan juga, ada ahli yang mendapat ilmu ini untuk mengikuti hawa nafsunya. Lantas terbinalah kecanggihan yang berlandaskan materialistis seperti bangunan yang tinggi-tinggi dan pembuatan senjata pemusnah.
Jadi, pada era itu, terdapat dua golongan ORANG-ORANG YANG DIBERI KAROMAH DAN DEWA-DEWI. Satu, orang yang mengurus dunia dengan arahanNYA dan satu lagi, orang yang membina dunia sebagai syurga hawa nafsu yang sudah pastinya disemarakkan bujukan oleh rayuan dan tipu daya setan Azazil si Iblis. Maka, terjadilah ‘perseteruan’ sehingga kini. Inilah dinamakan sebagai ‘light and dark’ hitam atau putih, Ying atau Yang, antara yang baik dengan yang jahat.
Perseteruan ini sentiasa terjadi sehingga kini. Jadi para pembaca sudah tentu anda mengerti apa yang saya sampaikan. Daripada tulisan diatas kita semua tahu bahwa Nabi Adam a.s telah diturunkan Allah dari syurga ke suatu tempat di atas bumi dengan dilengkapi dengan ILMU SEGALA NAMA. Persoalannya di sini, dimanakah tempatnya Nabi Adam mendarat dari syurga tersebut? Mari kita bincangkan bersama.
Menurut kisah Adam diturunkan di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di Arabia. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah setelah berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga. Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.
Namun berdasarkan riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterimanya dari Abdullah bin Umar, menyatakan bahwa Adam turun ke dunia di Bukit Shafa, sedangkan Hawa turun di Bukit Marwah. Akan tetapi, riwayat dari Ibnu Abi Hatim ini terdapat versi lain, yang menyatakan bahwa tempat turunnya Nabi Adam di Bumi, berada di antara negeri Makkah dengan Thaif. Di sisi lain, menurut riwayat Ibnu Asakir yang diperoleh dari Ibnu Abbas, menyatakan bahwa Nabi Adam turun di Hindustan dan Hawa turun di Jeddah. Dimana makna Jeddah berasal dari kata Jiddah, yang berarti nenek perempuan.
Syaikh Yusuf Tajul Khalwati berpendapat, Nabi Adam turun di Pulau Serendib. Beliau ketika itu menduga, Pulau Serendib adalah Pulau Ceylon (Sri Langka). (Tafsir Al Azhar, Juzu’ I, - Buya HAMKA). Tetapi berdasar penelitian, kata Serendib adalah bahasa Sanskrit yang ditulis dalam bahasa Arab, yang aslinya berasal dari kata Suvarna Dwipa pulau emas yakni Sumatera, yang merupakan sebahagian dari kawasan Pentas Sunda (Sundaland). Maka melalui pendapat yang dikemukankan oleh Syeikh Yusuf Tajul Khalwati, saya mencoba mencari kebenaran yang mengatakan Nabi Adam turun di Nusantara. Dan dualisme penafsiran persoalan ini adalah amat membingungkan karena tiadanya catatan sejarah maupun nash-nash dari Al Quran yang menyatakan tempat dimana Nabi Adam diturunkan di bumi. Namun sejak dari zaman Rasulullah telah banyak penafsiran dilakukan oleh ahli-ahli tafsir untuk memecahkan kebuntuan tersebut.
Selain daripada tafsiran-tafsiran yang dibuat oleh Syeikh Yusuf Khalwati terdapat beberapa tafsiran dari sumber-sumber yang bisa dipercayai kesahihannya. Cuma apa yang diperlukan adalah perbandingan paradigma dan pandangan yang sedikit berbeda saja. Di antara riwayat yang saya maksudkan adalah:
- Dari Qatadah r.a. beliau berkata bahwa Allah swt meletakkan Baitullah (di bumi) bersama Nabi Adam as. Allah swt telah menurunkan Nabi Adam as di bumi dan tempat diturunkannya adalah di tanah AL HIND. Dan dalam keadaan kepalanya di langit dan kedua kakinya di bumi, lalu para malaikat sangat memuliakan Nabi Adam as, kemudian Nabi Adam as pelan-pelan berkuranglah tinggi beliau. (H.R. Musonif Abdur Razaq).
- Dari Ibnu Abbas r.a. telah berkata : “Sesungguhnya tempat pertama dimana Allah swt turunkan Nabi Adam as di bumi adalah di AL HIND”. (H.R. Hakim)
- Dari Ali r.a. Telah berkata: “Bumi yang paling wangi adalah tanah AL HIND, di sanalah Nabi Adam as. Diturunkan dan pohonnya tercipta dari wangi surga”. (Kanzul Ummal).
- Dari Ibnu Abbas r.a. telah meriwayatkan Ali Bin Abi Thalib ra. Telah berkata: “Di bumi tanah yang paling wangi adalah tanah AL HIND (karena) Nabi Adam as. telah diturunkan di AL HIND, maka pohon-pohon dari AL HIND telah melekat wangi-wangian dari surga.” (H.R. Hakim)
- Dari Ibnu Abbas r.a. telah berkata bahwa Jarak antara Nabi Nuh as dengan hancurnya kaumnya adalah 300 tahun. Dari tungku api (tannur) di AL HIND telah keluar air dan kapalnya Nabi Nuh as. Berminggu-minggu mengelilingi Ka’bah. (H.R.Hakim) (riwayat ini penting kerana kita telah tahu bahwa Nabi Nuh berkemungkinan besar berasal dari Sundaland/Nusantara. Jadi AL HIND disini adalah Indonesia dan bukan India. Namun ini hanya teori yang masih banyak harus dianalisa jadi sebaiknyanya jangan kita ambil bulat-bulat kesimpulan ini.
- Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a. mengatakan bahawa seorang raja dari AL HIND telah mengirimkan kepada Nabi saw. sebuah tembikar yang berisi halia. Lalu Nabi saw. memberi makan kepada sahabat -sahabatnya sepotong demi sepotong dan Nabi saw pun memberikan saya sepotong makanan dari dalam tembikar itu. (H.R. Hakim)
- Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. telah menjanjikan kepada kami tentang perang yang akan terjadi di AL HIND. Jika saya menemui peperangan itu maka saya akan korbankan diri dan harta saya. Apabila saya terbunuh, maka saya akan menjadi salah satu syuhada yang paling baik dan jika saya kembali (dengan selamat) maka saya (Abu Hurairah r.a.) adalah orang yang terbebas (dari neraka). (H.R. An Nasai)
- Dari Ali r.a. berkata bahwa dua lembah yang paling baik dikalangan manusia adalah lembah yang ada di MEKKAH dan lembah yang ada di AL HIND, dimana Nabi Adam as. diturunkan. Di dalam lembah itu ada satu bau yang wangi, yang darinya bisa membuat kamu jadi wangi.
- Dari Ibnu Abbas r.a. meriyawatkan dari Nabi saw telah bersabda bahwa Sesungguhnya Nabi Adam as. telah pergi haji dari AL HIND ke Baitullah sebanyak seribu kali dengan berjalan kaki tanpa pernah naik kendaraan walau sekalipun.(H.R. Thabrani)
- Dari Ubay bin Ka’ab r.a. mengatakan: “Saya berkeinginan untuk keluar di jalan Allah ke AL HIND”. Ubay bin Ka’ab ra. bertanya kepada Hasan ra.: “Berilah saya nasihat!”. Hasan ra. berkata: “Muliakanlah perinta Allah dimanapun kamu berada maka Allah akan memuliakan kamu”. (H.R. Baihaqi fii Syu’bul iman)
- Dari Sauban r.a. dari Rasulullah saw beliau bersabda: “Dua gulongan dari ummatku yang diselamatkan Allah dari Neraka. yaitu golongan yang berperang di AL HIND dan golongan yang berkumpul bersama Isa a.s.” (H.R. Nasai dan Ahmad)
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam a.s. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan bertepatan dengan fitrah manusia itu sendiri, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali berulang. Seperti mana ketika Nabi Adam dan Hawa melupakan ketetapan tuhan untuk menjauhi pohon didalam syurga, seperti itulah manusia melupakan ajaran illahi yang dilangsungkan dimuka bumi selepas turun dari syurga.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (QS. Nuh: 23)
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Pada era satu bangsa yakni pada era kepimpinan anak cucu Adam yang berhasil menyatupadukan segala makhluk, kehidupan mereka cukup hebat. Baik dari segi spiritual dan fisiknya. Terdapat juga kota-kota yang hebat. Kota di bawah laut dan di atas gunung. Tapi benua yang termaju itu terpecah dua dan saling berseteruan dan diakhiri dengan peristiwa perang besar. Pada era itu juga, mungkin bukan hanya ‘Atlantis’ atau ‘Lemuria’ saja yang wujud tapi masih ada lagi wilayah-wilayah lain yang hebat seperti ketamadunan ‘Ramayana’ yang di sebut dalam kitab Hindu. Tapi, janganlah kita pusing untuk memikirkan lokasi-lokasi mereka ini dengan berlandaskan peta kini. Ternyata ketika zaman dahulu, peta mereka cukup lain. Apapun, kita tinggalkan tentang itu. Kemudiannya, peristiwa banjir besar terjadi lantas menenggelamkan segala yang ada. Bahtera NUH yang besar, mendarat di tanah besar yang kini di kenali sebagai Asia Barat.
Dari situ, bermulalah kehidupan yang baru di mana, manusia-manusia homo sapien awal dihapuskan. Yang tinggal hanyalah manusia dari keturunan ADAM dan hewan-hewan yang di selamatkan. Bertebaranlah mereka membina kehidupan yang baru. Di suatu tempat yang lain pula, benua yang baru saja tenggelam itu membiarkan tanah paling tinggi mereka tempati tidak tenggelam oleh air. Setelah Banjir surut, wujudlah apa yang kita saksikan sekarang ini sebagai tanah ‘NUSANTARA’. Tanah-tanah tinggi ini dahulunya pernah di diami oleh para ORANG-ORANG YANG SALEH DAN KEMUDIAN DIDEWA-DEWIKAN pada era ADAM.
Tetapi, sejak peninggalan NUH dan banjir besar, tanah ini kosong dan menunggu kepulangan penduduk asalnya. Tapi bilakah mereka itu akan pulang kepangkuan tanah ‘dewa’ ini? (peringatan kepada semua pembaca, bila saya sebut dewa bukan bermakna saya menyekutukan Allah tetapi ini merujuk kepada apa yang difahami oleh manusia zaman purba yakni manusia-manusia terpilih selain Nabi yang ada karomah atau ilmu yang tinggi sehingga disembah sebagai dewa secara sengaja atau tidak sengaja). Bagi lebih memahami perihal ini kita akan lihat era-era berikut satu persatu dimulakan dengan era Adam.
ZAMAN ERA ADAM
“Manusia dulunya SATU UMAT, kemudan berpecah-pecah” (QS. 19:10)
Umat yang satu, itulah di mana era ADAM dan warisnya menjadi khalifah. ADAM yang berumur hampir 1000 tahun itu sudah tentu dapat mendirikan peradaban yang hebat demi menyatukan semua makhluk di bawah kekhalifahannya. Dengan ILMU SEGALA NAMA di berikan padanya itu, ternyata dia dapat mengurus SATU UMAT dengan baik. Namun umatnya bukan saja terdiri dari keturunannya malahan termasuk golongan jin-jin, gergasi dan raksasa seperti yang ada diceritakan dalam Al Quran. Dan makhluk pelik-pelik mungkin termasuk NAGA yang pada ketika itu bertebaran di muka bumi. Bagaimanapun, dia tidak sendirian. Bersamanya, anak cucunya yang di beri Haq untuk mengurus dunia secara bersama seperti Nabi Syith dan anak cucunya yang lain. Jika anda seorang ahli sufi atau seorang yang suka mencari kerahasiaan dalam agama, anda tentu pernah mendengar frasa ini: ‘ADAM mewariskan amanahNYA kepada keturunannya’, seperti dalam firman Allah:
"...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra' 17:70)
Terdapat dua pergertian untuk ini, salah satunya adalah mengenai pewarisan ILMU SEGALA NAMA ini yang sesekali tidak akan hilang. Keduanya adalah, mengenai sifat, kelakuan dan nama-namaNYA yang di serap kedalam ADAM lantas di wariskan kepada anak cucunya yang Haq. Pewaris ILMU SEGALA NAMA ini di beri Haq untuk mengurus bumi. Mereka ini bisa kita sebut sebagai ORANG-ORANG YANG SALEH DAN KEMUDIAN DIDEWA-DEWIKAN, mereka ini mengurus dunia dengan keizinanNYA yang maha besar.
Kemudian, terdapat perseteruan berlaku dan ia menyebabkan Umat yang satu berpecah-pecah, ini sudah tentu sebab itu para Malaikat sebelum Allah menjadikan Adam sudah dapat menerka bahwa anak cucunya akan membawa kerusakan di muka bumi. Perseteruan ini mungkin dari mereka yang ingin menjadi ‘Dewa-Dewa atau Orang-orang yang diberi Karomah’ tapi tiada Haq contohnya dalam kisah Habil dan Qabil. Ada yang mencuri sedikit dari ILMU itu dan membina ketamadunan mereka sendiri yang menjadi asas kepada perbedaan bangsa sekarang.
Pada masa yang sama juga, terdapat DEWA-DEWI yang hanya berlandaskan pada nafsunya seperti Qabil dan anak cucunya yang mendendami adik beradiknya yang lain. Jadi, dunia pada ketika itu, terbagi kepada dua, namun ini semua di atas kehendakNYA. Bukankah ALLAH itu maha PERANCANG?! Pertentangan ini berterusan sehinggalah berlaku peperangan yang pertama di bumi yaitu peseteruan diantara keturunan Qabil dan keturunan anak-anak Adam yang salih seperti Nabi Syits kepada Qabil dan keturunannya. Qabil setelah membunuh Habil dikatakan telah melarikan diri ke Mesir atau Babilon dan menetap dengan anak cucunya disitu. Keturunannya dinamakan Bani Qabil yang memulakan tamadun di lembah Nil dan seterusnya menjadi umat Nabi Idris.
Diriwayatkan bahwa Allah swt menyeru Nabi Syits memerangi Qabil dan keturunannya. Akhirnya Qabil ditangkap dan dihukum mati. Setelah dia mati anank-anak serta cucu Qabil menuntut mayat Qabil dan kemudiannya untuk dikuburkan. Namun sebelum mereka sempat menguburkan mayat Qabil, Syaitan yang menyamar sebagai seorang manusia membujuk mereka supaya menguburkan Qabil didalam batu berhablur yang dipahat sebagai keranda. Syaitan atau Iblis juga membujuk mereka supaya mayat itu dipakaikan dengan pakaian yang cantik-cantik serta diawetkan dengan garam dan disertakan dengan barang-barang perhiasan dan makanan. Kemudian Iblis mengarahkan agar keranda batu itu diletak didalam sebuah tempat dan dipuja setiap setahun sekali dengan membawa makanan dan wangian. Maka bermulalah upacara menghormati si mati seperti mumi Mesir Purba. (sumber kitab Israiliat).
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu” (QS. Al A' Raaf 34:7).
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri orang-orang besar yang jahat supaya mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya” (QS. Al An’am : 123).
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al An’am : 165).
ZAMAN ERA KETURUNAN ADAM
Pada era ADAM dan anak cucunya yang mengurus bumi, mereka digelar ORANG-ORANG YANG SALEH DAN KEMUDIAN DIDEWA-DEWIKAN.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (QS. Nuh : 23)
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Berbalik perihal ILMU SEGALA NAMA, pada era ADAM dan seterusnya, sehinggalah ‘hari pembersihan’ itu. Dewa-dewi ini ada juga yang mengangkat dari kalangan mereka sebagai raja. Raja-raja ini akan tinggal di istana yang penuh hiasan yang cantik dan perbuat dari emas. Ini semua berdasarkan cerita dari nenek moyang mereka ADAM yang ada pada manusia itu tentang ‘syurga’ di mana tempat asalnya ADAM dan HAWA.
Dewa-dewi ini tetaplah juga manusia sebab mereka adalah anak cucu Adam juga, tetapi mereka ini golongan yang mendapat keilmuan yang tinggi karena tanggung jawab yang telah diberikan kepada mereka. Namun akhirnya manusia dari era selepasnya terkesan dengan karomah-karomah yang ada pada mereka ini sehinggakan patung-patung mereka diperlukan dan disembah seperti tuhan. Lama kelamaan perbuatan menyembah berhala ini menjadi suatu agama yang universal dan merebak ke seluruh dunia. Maka muncul lah dewa-dewi yang pelbagai belahan bumi diantara keturunan bani adam seperti: Enki dan Enlil, Diana, Baal, Zeus, Hera,Vishnu, Rama, Brahma,Venus dan banyak lagi yang merupakan nama-nama para manusia yang mempunyai ilmu segala nama yang diwarisi dari datuk atau moyang mereka ADAM.
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu” (QS al-an’am : 6).
ZAMAN ERA NUH
Setelah beberapa terjadi peperangan dan kekejaman yang amat hebat, bumi ketika itu harus "dibersihkan" demi kesejahteraan manusia khalifah. Pada ketika itu, banjir besar mulai melimpah-limpah. Bukti-bukti scientifik mengatakan bahwa pada jutaan tahun dulu, bumi mempunyai DUA BULAN dan satu daripadanya telah ‘keluar’ dari lintas edarnya dan menyebabkan Gelang Bulan yang terdiri dari ES itu jatuh ke bumi yang menyebabkan banjir besar. Namun teori ini masih dalam konteks kontroversi sebab teori ini belum sepenuhnya benar.
Dalam buku "EDEN IN THE EAST", STEPHEN OPPENHEIMER mengatakan sebelum terjadinya banjir besar terhebat ini, sudah terjadi 2 kali banjir sebelumnya, tetapi tidak membawa kepada kemusnahan. Pada zaman ES itu, suhu mulai menurun dan menyebabkan banyak tanah-tanah membeku. Namun ketika suhu meningkat pula, perlahan-lahan ES ini mencair dan menyebabkan banjir yang membinasakan di seluruh dunia. Akibatnya, dunia dalam era banjir besar.
Bahtera NUH yang dapat memuatkan umat manusia yang beriman dan ribuan spesis hewan ini amat mengherankan scientis modern. Jika membaca apa yang dikabarkan di dalam BIBLE dan AL QURAN, bahtera ini cukup besar karena dapat membuatkan sekalian mahkluk demi penghidupan selanjutnya. Di atas bahtera itu, NUH lah Raja dan diibaratkan BAHTERA itulah satu-satunya tanah yang berpenghuni. NUH lah yang mempunyai ILMU SEGALA NAMA itu. Jika tidak, masa beliau membina bahtera yang cukup besar dan mengarah sekalian makhluk menaiki bahteranya itu, baik manusia, hewan dan jin sekalipun. Maka memang benarlah NUH adalah ‘raja lautan’ dan NUH lah yang mewarisi ILMU SEGALA NAMA itu. Setelah lamanya pelayaran itu (menunggu air banjir surut), akhirnya, bahtera mereka terdampar di suatu tempat di sekitar Asia barat, di mana, di sinilah bermulanya era peradaban baru muncul.
Dari transformasi dan asimilasi di dalam kapal, wujud manusia yang berupa kini yang mana merekalah yang akan meneruskan penceritaan bumi baru ini sehingga ke hari kiamat.
Pendaratan bantera itu, kemudiannya dilanjutkan dengan keturunan anak-anak Nabi Nuh a.s. (Yafith, Sam dan Ham) lalu membentuk bangsa-bangsa mengikut warna kulit. Ada yang mengatakan Yafidt melahirkan bangsa berkulit putih dan bergerak menuju ke barat dan utara. Sam melahirkan bangsa berkulit kuning dan Ham melahirkan bangsa berkulit hitam (di katakan sebagai sumpahan karena bersetubuh ketika bencana). Ibnu Abbas menceritakan bahwa keturunan Sam menurunkan bangsa kulit putih, Yafith menurunkan bangsa berkulit merah dan coklat, Sedangkan ham menurunkan bagsa Kulit hitam dan sebagian kecil berkulit putih.
Ketiga-tiga waris Nuh as ini berevolusi dan melahirkan ketamadunan dunia yang seperti Sumeria, Akkadian, Mesir dan lain-lain. Bukanlah mereka yang membuka ketamadunan ini, akan tetapi anak cucu kepada mereka-mereka inilah yang membukanya. Jadi, dimanakah pula bangsa MIM ini. Golongan yang menjadi raja, bangsawan dan para pendita inilah bangsa MIM disetiap peradaban itu tadi.
Bagaimana ini bisa terjadi? Di dalam bahtera Nuh itu anak-anak Nabi NUH a.s. melahirkan keturunan mereka masing-masing. Umur mereka pada ketika itu juga amat panjang. Anak-anak Nabi Nuh a.s. itu bukanlah turun pada satu tempat akan tetapi berpisah ditiap-tiap daratan karena itulah wasiat Nuh a.s. Apakah itu wasiat Nuh as? Wasiat Nuh adalah kata-kata kepada warisnya supaya Kembali Semula Ke Tanah Asal Mereka yakni Pentas Sunda (Sundaland) yang tenggelam itu. Jadi, demi memenuhi wasiat itu, di setiap keturunan anak-anak Nuh a.s., akan terdirinya ketamadunan yang hebat. (penj. Tamadun berasal dari kata Arab 'maddana' yang berarti membangun suatu kota atau seseorang/masyarakat yang mempunyai peradaban)
Salah satu bukti yang jelas mengatakan di sini, yakni Nusantara adalah Sundaland tempat bermulanya pelayaran Nabi Nuh adalah, terdapat sebuah daerah di Sumetera dinamakan LEMUR. Selain itu, bukti lain adalah, kajian daripada Stephen Oppenheimer dan Prof Arysio Santos, serta Thomas suarez yang membukukan kajiannya mengenai peta kuno dalam buku bertajuk “Early Mapping of Southeast Asia: The Epic Story”. Dalam buku Eden in the East Oleh Stephen Oppenheimer ini, beliau menerangkan secara keilmuan mengenai berlakunya banjir besar ketiga yang mana telah menghapuskan sebagian besar pemukaan bumi dan cerita mengenai pelayaran NUH dalam pelbagai versi ketamadunan dunia. Prof. Arysio Nunes dos Santos sarjana dan maha guru ilmu fisika nuklir di Universitas Minas Gerais, dari Brazil ini pula, menerangkan teori yang menempatkan secara definitif ATLANTIS berada di INDONESIA, Malaysia, Thailand dan Brunei. Tapi malang buatnya, setelah beberapa bulan bukunya diterbitkan, beliau telah keburu meninggal. Apakah ini merupakan perbuatan sabotase karena sejarah Nabi Nuh a.s terkuak?
Apakah anda dapat melihat pola pergerakan kajian dari pengkaji barat ini? Baiklah, saya coba arahkan pikiran pada anda. Pada zaman dulu, yakni di era penjajahan, explorasi dunia ditelusuri oleh pihak barat yang mana mereka mau mencari ‘The Lost World’. Akhirnya, Christpher Colombus menjumpai Amerika dan mengelarkannya itu sebagai ‘The Lost World’. Tapi, hakikatnya apa yang dicari oleh Colombus itu adalah salah. Explorasi ini diteruskan sehinggalah mereka bertemu dengan Piramid GIZA dan mula mengkaji mengenai ketamadunan itu. Akhirnya, mereka mencoba menggali mengenai asal keturunan PARA FIRAUN ini.
Di era millenium ini, secara tiba-tiba, para pengkaji barat mencoba mengalih perhatian mereka kepada NUSANTARA. Tapi, kebanyakkan dari mereka ini adalah pengkaji yang bebas dan tidak terikat dengan apa-apa maupun organisasi. Sejak dari itu, mereka dapat menggali misteri yang lain-lain seperti: di mana ‘The Lost Mine’, ‘Solomon Mine’, ‘asal keturunan FIRAUN’ dst. Segalanya berawal daripada sini. Tapi, persoalannya, di sini itu bagaimana? Jika dikaji, di permukaan Tanah Nusantara kini, tiada sisa-sisa ketamadunan yang hebat-hebat seperti Sumeria, Mesir dan sebagainya. Jadi, bagaimana mereka bisa dikatakan semuanya berada di Nusantara? persoalan ini, karena perlu dibuktikan dengan data-data dari manuskrip dan buku-buku sejarah atau kajian rujuk silang.
نَّاللَّهَاصْطَفَىآَدَمَوَنُوحًاوَآَلَإِبْرَاهِيمَوَآَلَعِمْرَانَعَلَىالْعَالَمِينَ (33)
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Qs. Ali Imron: 33)
Waris-waris Nuh ini bergerak menuju ke Pentas Sunda setelah mendarat di daratan yang cukup jauh dari kampung halaman mereka. Ayat Quran di atas adalah yang harus kita ambil demi membongkar siapakah sebenarnya ‘ahli rumah’ atau ‘ahlul bait’ ini. Ahlul bait bukanlah syarif atau syarifah dari golongan Arab semata-mata. Kita harus membongkar agar kesenimbungan waris ini dapat di jalinkan. Darah keturunan Nuh-lah yang menjadi raja dan bangsawan sehingga menerbitkan raja-raja agung di ketamadunan yang hebat. Akan tetapi, semakin lama semakin mereka lupa akan wasiat itu. Cuma segolongan yang ‘ingat’ saja akan meneruskan perjalanan mereka menuju ‘THE PROMISED LAND’.
Hal ini di burukkan pula dengan penyembahan berhala akibat dari pemujaan dewa-dewi serta raja-raja dan wali agung pada zaman dulu kala seperti kisah raja Namrud (Nimrodz) yang merupakan Cicit Kepada Nabi Nuh sendiri yang lupa akan kekuasaan Allah dan mengatakan dia anak Allah. Kaum Namrud juga mewarisi Ilmu-ilmu para Nabi seperti Matematik, Astronomi dan Sains malahan kaum ini kaum pertama di dunia yang menciptakan konsep jam, menit dan saat serta membagi 24 jam kepada satu hari. Kaum ini juga pakar pembina bangunan tinggi, jambatan dan saluran irigasi. Kesemua ilmu ini telah diwarisi dari nenek moyangnya yang merupakan orang soleh dan Nabi-Nabi seperti Nabi Idris dan Nuh. Namun akibat kesombongannya kaum ini lupa akan Allah dan mengangkat Namrud sebagai tuhan.
Jelas disini bahwa wasiat ilmu ADAM yang di turunkan kepada anak cucu baginda lantas menjadikan mereka itu sebagai ‘dewa’ atau wali. Tugas mereka adalah untuk mengurus, bukannya untuk di sembah. Tapi, akibat kebodohan manusia yang tidak mau mengikut, mereka ini menyembah-yembah manusia ‘dewa’ ini dan jadikan mereka ini tuhan. Akibatnya, mereka dimusnahkan atau dihapuskan terus dari permukaan bumi. Kenapa harus mereka menyembah tuhan manusia sedangkan ALLAH itu selayaknya di sembah kerana DIA-lah dzat Maha Segala.
Maka dapat saya simpulkan disini bahawa pencarian kita akan Tanah asal Nabi-Nabi terawal seperti Adam, Idris dan Nuh sudah semakin hampir. Walaupun saya tahu bahawa ada pihak yang kurang senang saya mengaitkan hal agama dalam penulisan saya namun hal ini tidak dapat dielakkan karena kebanyakan sumber adalah dari situ. Dari itu kita dapat memberikan rumusan bahwa Nabi Adam a.s berkemungkinan besar diturunkan di Nusantara. Hal ini adalah karena perkataan AL HIND yang digunakan oleh orang Arab untuk memanggil benua India bukan khusus untuknya saja sebaliknya AL HIND adalah konotasi untuk melambangkan kawasan Pengaruh Hindu Termasuk Asia Tenggara. Oleh sebab itulah ketika Khalifah Muawwiyah menulis surat balasan kepada Maharaja Srivijaya dia memanggil Maharaja tersebut sebagai PENGUASA AL HIND. Malah surat dari Srivijaya kepada Khalifah Umar Abdul Aziz juga dicatatkan sebagai surat dari seorang Maharaja Al Hind. Namun seperti yang kita ketahui Sriwijaya bukan terletak di India bukan?
Tambahan lagi saya menemui buku sejarah tulisan pengkaji luar berbahasa Inggris yang mengiyakan tanggapan saya bahwa Nusantara adalah Al Hind. Selain itu jika kita lihat pada panggilan orang-orang barat pada zaman penjelajahan terhadap Nusantara adalah "THE EAST INDIES" atau HINDIA TIMUR. Perhatikan perkataan HINDIA itu. Semua panggilan ini diperoleh daripada catatan awal pengembaraan Arab ke Nusantara seperti Ibnu Battutah dan Al Idrisi. Satu lagi perkara yang amat menarik bagi saya adalah mengenai Hadith dan riwayat yang telah saya paparkan di awal artikel ini tadi. Salah satu dari Hadith tersebut adalah mengenai peperangan yang bakal berlaku di Al Hind. Nabi Muhammad mengatakan bahwa sesiapa yang menyertai peperangan tersebut akan masuk syurga.
Seperti yang kita ketahui banyak peperangan yang melibatkan orang Kafir Harbi dengan orang Islam sepanjang zaman di Nusantara ini. Peperangan terbesar di Nusantara dan terawal tentulah diantara Portugis dengan Melaka, kemudian disusuli Portugis dengan Aceh yang mengorbankan lebih dari 60 ribu orang Aceh serta banyak lagi peperangan diantara portugis dengan Aceh dan negeri-negeri Melayu yang lain.
Malahan peperangan ini masih berterusan hingga kini yaitu diantara Pattani Dengan Thai dan Moro Dengan Kristian Filipina dan Aceh dengan Indonesia. Saya pasti peperangan yang disebut Nabi Saw adalah peperangan-peperangan tersebut.
Bukankah kesemua riwayat ini mengokohkan lagi teori yang menyatakan bahwa Nabi Allah Adam itu diturunkan Allah di Nusantara dan membina tamadunnya disini bersama anak cucunya Nabi Syiths dan Nuh. Tidak perlulah rasanya saya terangkan lagi apa signifikan hadis yang mengatakan tentang kewujudan kayu wangi-wangian di Al Hind karena Nusantara memang terkenal dengan kayu-kayuan tersebut seperti: Jati, Gaharu, Cendana, Depu, Kayu Manis, Kemenyan dan lain-lain.
sekian dan terima kasih.
Waallahhu a’lam bi showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar