PERPUSTAKAAN

Selasa, 19 Juli 2016

MANUSIA ITU MAKROKOSMOS



MANUSIA ITU MAKROKOSMOS

Kita biasa menyebut makrokosmos-mikrokosmos untuk menunjukkan pada jagad gede atau alam semesta dan mikrokosmos atau jagad cilik yang mengacu pada manusia.

 Namun saat pemahaman kita sudah mengatasi yang fisik maka itu harus dibalik. Manusialah yang harusnya disebut jagad gede.Kosmos artinya teratur. Kebalikannya adalah chaos yang artinya kacau, tidak teratur.

Suatu ketika lahir cabang ilmu filsafat yang disebut kosmologi. Ilmu kosmologi menyoroti tentang yang ada yang teratur alam, atau menyelidiki alam semesta dari sisi hakekatnya. Ilmu ini masuk ke dalam wilayah kajian ontologi/metafisika, yaitu dasar filsafat yang mengkaji pada yang ada sebagai yang ada. Yang ada dikaji seumum-umumnya.

Nah, kosmologi ini mengkaji yang ada khusus dari alam semesta. Ada juga pengkajian ada khusus dari manusia sebagai makhluk kosmos yang disebut filsafat manusia atau disebut antropologi metafisik. Kedua ini masih bernaung di bawah induk ilmu ontologi dan ontologi adalah dasar filsafat. Dan Filsafat adalah ibu segala ilmu pengetahuan.

Kenapa manusia justeru disebut makluk makrokosmos?
Kenapa manusia tidak disebut mikrokosmos sebagaimana pemahaman yang dianut banyak pemikir?

Pertama, manusia adalah kunci memahami jagad/dunia/alam semesta ini. Manusia adalah penakar dan pemberi nilai-nilai terhadap segala yang ada. Manusia adalah makhluk yang dusah ditakdirkan tuhan menjadi rahmatan lil alamin. Rahmat dan pengayom bagi seluruh alam. Manusia lah yang mampu untuk mengukur besar kecilnya kosmosnya alam semesta. Manusia bisa memberi arti sekecil-kecilnya terhadap alam semesta hingga ada di genggaman tangannya, namun juga manusia bisa memberi arti sebesar-besarnnya terhadap alam semesta.

Kedua, ukuran besarnya alam secara fisik memang lebih besar dari manusia. Namun pemahaman ini harusnya tidak dijadikan patokan ukuran yang sungguh-sungguh benar, khususnya bila kita ingin melakukan perjalanan ruhani yang lebih tinggi. Secara metafisis, harusnya alam semesta lebih kecil daripada kosmos-nya manusia. Pemahaman idealistik ini lebih memberi manfaat praktis untuk memperbaiki dunia yang sudah sedemikian rusak.

Ketiga, manusia bukan bagian kecil dari dunia yang bisa kita lihat dengan mata dan bisa kita dengar dengan telinga ini. Justeru dunialah yang merupakan bagian kecil dari manusia. Sebab manusia bisa mengulur dan mengkerutkan ukuran dunia fisik ini hanya bahkan sebesar pasir! Kok bisa? Bisa… pejamkan mata segelap-gelapnya untuk beberapa lama. Terserah apa menyebut apa untuk aktivitas ini, bisa disebut meditasi, tadabbur, semedi…dst… Anda akan menemukan dunia yang lebih besar dari dunia fisik ini.
Ukuran besar kecilnya dunia di dalam diri manusia sangat tergantung pada seberapa hebat kita mampu menyelami angkasa metafisis dalam dirinya sendiri. Jadi ukurannya sangat relatif.

Di dalam angkasa metafisis, galaksi-galaksi jumlahnya tidak terukur… pokoknya habis sudah akal kita untuk membahas dunia metafisis yang ada di kedalaman rasa/batin manusia. Sifat besar kecilnya dunia metafisis ini sangat kualitatif. Tuhan Yang Maha Batin lebih lagi, mengatasi besaran alam metafisis ini sebagai tempatnya bersemayam.

PHebatnya lagi setiap hal yang kita temukan di angkasa metafisis belum tentu kita jumpai di alam fisis. Kedamaian, keselarasan, kemakmuran, keadilan, surga-neraka, baik-buruk, benar-salah, indah-buruk ada di dunia metafisis ini. Semuanya menjadi alasan bahwa hendaknya manusia lebih mengorientasikan diri KE DALAM DIRI-NYA, dibanding mengorientasikan diri KE LUAR DIRINYA.


Yang aneh, karena manusia adalah JAGAD GEDE/MAKROKOSMOS, kenapa justeru lebih memilih untuk berkonsentrasi penuh bahkan menghabiskan usianya untuk hidup di JAGAD CILIK/MIKROKOSMOS? Manusia terjebak untuk hidup di dunia yang sempit, palsu dan sangat sementara/fana. Menghamba pada kebutuhan fisik di dunia fisik sama saja dengan mengekalkan kebutuhan tubuh yang sesaat lagi menjadi bangkai yang busuk.

 Menomorsatukan dunia fisik dan kepentingan-kepentingan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar