PERPUSTAKAAN

Minggu, 03 Juli 2016

JURUS SAPU JAGAT

Jurus Sapu Jagat




Mempelajari Ilmu Kebatinan Tingkat Tinggi Buat apa sakti bisa memecah batu, mematahkan besi, dan bisa memukul jarak jauh, tapi tidak sakti dalam menghadapi "Fakta Kehidupan"? 

Fakta kehidupan adalah penuh dengan permasalahan-permasalahan yang dijadikan sebagai lawan tarung kita. Bukan fisik manusia yang sebagai lawan tarung! Melawan fisik manusia itu semudah membalikkan tangan, cukup dorong, gelapakan. Tapi yang sulit dilawan itu adalah dibalik fisik manusia itu sendiri: hati dan pikiran yang dipenuhi hawa nafsu.

 Tragisnya, lawan terbesar yang ada dalam manusia itu dimiliki oleh kita sendiri. Kita melawan, berperang, bahkan sebagai "Jihad Akbar", ternyata melawan nafsu kita sendiri. Sesakti-saktinya "Limbad", pasti tidak akan dengan mudah melawan hawa nafsunya sendiri, kalau belum terlatih. 

Untungnya, semakin bisa kita melawan hawa nafsu maka akan semakin "Digdaya", baik melawan nafsu atau melawan hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan fisik.

Siapa sih yang bisa mengalahkan "Wali Allah"? Siapa coba? Tidak ada yang bisa mengalahkan wali Allah karena yang membela wali itu Allah itu sendiri. Siapa yang berani memusuhi Allah? Tidak akan ada yang berani memusuhi Allah.

 Namun aneh, manusia itu takut dengan Allah, namun secara tidak langsung sedang melakukan hal-hal yang melawan dengan Allah, memusuhi Allah. Nah, keanehan inilah yang perlu diberantas, dibersihkan habis-habisan.

Inilah jurus sapu jagat dari ilmu kebatinan.Ilmu tasawuf bisa juga disebut ilmu kebatinan, ilmu kadigdayaan, ilmu yang untuk menyapu jagat dari kekotoran.

Kalau orang ingin sakti lahir-batin, lakukan ilmu tasawuf. Memang ada ilmu hikmah untuk menguasai kadigdayaan. Namun ilmu hikmah masih sebatas ilmu untuk dunia, karena melakukan ibadah masih untuk kepentingan kesaktian, dll. Namun ilmu tasawuf, benar-benar ilmu untuk akhirat.

 Pendidikan tasawuf adalah pendidikan untuk menyadari dengan sebenar-benarnya sadar bahwa kita ini hamba yang tidak punya apapun termasuk punya diri kita sendiri.

Kita tidak punya kesaktian, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Kita ini makhluk yang "SANGAT BUTUH" Allah. Karena semuanya adalah milik Allah. Namun semakin kita menyadari kita ini hamba, semakin akan memiliki "Kadigdayaan".

 Pendekar-pendekar di luar sana, yang katanya sakti, itu sakti hanya sekecil kuku. Ah, tidak ada apa-apanya bila untuk melawan ahli tasawuf yang sudah derajat "Hakekat", kekasih Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar