PERPUSTAKAAN

Selasa, 21 Juni 2016

Adanya Tuhan bagian1

ALLAH S.W.T


Kepada pembaca yang terhormat

Artikel ini saya ambil guna menambah wawasan saya dan saudara,soal benar atau salahnya kita kembalikan sang pencipta.hanya yang sudah manunggallah yang mampu menyelaminya..😕




  [Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Namun, di sini akan dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’, dan indera. 1.. DALIL FITRAH Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172) Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (az-Zukhruf:87) كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari) Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan. Selain itu adanya pernyataan kedua orang tua yang menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi atau Majusi, tanpa menunjukkan kata menjadikan Islam terkandung maksud bahwa menjadi Islam adalah tuntutan fitrah. Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang. 2.DALIL AKAL [Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain;. 3. DALIL NAQLI [ Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya. Allah menjelaskan tentang jati diri-Nya di dalam Al-Qur’an; Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(al-A’raf:54) Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya. 4.DALIL INDERAWI Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena: a. Fenomena Pengabulan do’a Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah Swt. Allah berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76) “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu •” (Al Anfaal: 9) Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari) b. Fenomena Mukjizat Kadang-kadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya Allah secara inderawi yang disebut mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah swt. Karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as. Agar memukul laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63) Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman: “…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah” (Ali Imran: 49) “•dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup) dengan ijin-Ku.” (Al Maidah 110) Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya. Tujuan Materi: 1. Mengenal betapa pentingnya menyadari eksistensi Allah dalam kehidupan 2. Mengerti dalil-dalil yang diaplikasikan untuk menyadari eksistensi Allah 3. Bermotivasi untuk mentauhidkan Allah karena menyadari kebesaran Allah. Kisi-kisi Materi 1. Eksistensi Allah Dalil fitrah (QS. 7:172 , 29:61 , 43:9 , 75:14 -15 ) Dalil Indera (QS. 54:1 , 17:1 , 8:9 , 3:125 , 36:37- 40 ) Dalil Aqli (QS. 41:53 , 27:88 , 87:1-4 ) Dalil Naqli (QS. 4:82 , 17:88 , 30:1-3 , 15:9 , 47:4 ) Dalil Sejarah (QS. 3:137 , 7:176 , 12:111 , 11:120 ) 2. Mengagungkan Allah 3. Mentauhidkan Allah (QS. 21:92 ) Bagan: Allah Maha Esa (Al-Wahdaaniyyah) Allah Maha Esa dalam: Dzat-Nya. Artinya, dzat-Nya tidak tersusun dari beberapa bagian dan tak ada dzat makhluk yang serupa dengan dzat-Nya. Sifat-Nya. Artinya, tak ada sifat-Nya yang rangkap di dalam satu nama dan satu makna, dan tidak ada makhluk yang mempunyai sifat yang serupa dengan sifat-sifat-Nya. Perbuatan-Nya. Artinya, tak ada perbuatan bagi makhluk. Allah-lah yang menciptakan seluruh perbuatan makhluk-Nya. Dalil Naqli: – Al-Ikhlas “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’” – Al-Baqarah ayat 163 “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Maha Pemuurah lagi Maha Penyayang.” – Al-Anbiyaa’ ayat 22 “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arasy dari apa yang mereka sifatkan.” – Ash–Shoffat ayat 96 “Dan Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.” … Dalil Aqli: Wujudnya alam semesta beserta isinya ini menjadi bukti/dalil bahwa Allah itu Maha Esa. Sebab, seandainya ada sekutu bagi Allah, artinya Allah lebih dari satu, maka alam semesta mustahil wujud. Seandainya ada dua Tuhan, dan keduanya bersepakat untuk mewujudkan alam semesta, kehendak salah satu dari kedua-Nya yang terlaksana. Tidak mungkin kehendak keduanya, karena berarti akan wujud dua alam semesta. Dengan begitu, kehendak salah satu dari keduanya tidak terpenuhi. Bila kehendaknya tidak terpenuhi, maka tidak bisa disebut Tuhan. Bukan Tuhan bila kehendaknya tidak terpenuhi. Karena kita membicarakan dua dzat yang diasumsikan sama, dan tidak mungkin kehendak salah satu saja yang terlaksana, maka berarti keduanya kehendaknya tidak akan terpenuhi. Apabila mereka membagi tugas dengan mencipta setengah bagian masiing-masing, maka keduanya tak berkuasa atas ciptaan yang lain. Yang menciptalah yang berkuasa atas ciptaannya. Dan dengan begitu keduanya tidak bisa disebut Tuhan, karena bukan Tuhan apabila kekuasaannya terbatas serta ada hal yang di luar kuasa-Nya. Apabila keduanya berbeda pendapat dalam penciptaan alam semesta, tentu kehendak salah satu dari keduanya yang terpenuhi. Yang satu tentu kehendaknya tidak akan terpenuhi, sebab kehendak mereka berbeda dan harus ada yang terpenuhi. Yang tidak terpenuhi kehendaknya tidak bisa disebut Tuhan. Karena kita membicarakan dua dzat yang diasumsikan sama, dan tidak mungkin kehendak salah satu saja yang terlaksana, maka berarti keduanya kehendaknya tidak akan terpenuhi. Maka seandainya Allah lebih dari satu, bersepakat atau tidak, alam semesta tidak akan wujud. Sedangkan alam semesta beserta isinya dapat kita saksikan wujudnya dengan mata kepala sendiri. Maka mustahil Allah itu berbilang (lebih dari satu). Maha Suci Allah dari berbilang dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa. Matematika Tuhan (Bukti Tuhan MAHA ESA) Tahukah anda apa hukum yang utama itu?. Hukum yang utama adalah : Jawab Yesus kepadanya, ‘Hukum yang utama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang Esa’… ” (Injil – Markus 12: 29-KRISTEN) “Ekam evadvitiyam” (Dia satu satunya tanpa ada duanya) (Chandogya Upanishad 6:2:1-HINDHU) “Dengarlah hai Israel : Tuhan kita adalah Tuhan yang satu”. (Ulangan 6:4 – YAHUDI) Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Al-Iklhas:1 – ISLAM) Mengapa hukum yang utama adalah bahwa Tuhan itu 1. Untuk mengerti maksud ini maka akan kita misalkan bahwa Tuhan itu berhubungan dengan angka NOL (0). Angka 0 merupakan angka yang ditemukan dalam beberapa abad lalu. Setelah ada angka 0 angka berkembang menjadi 10 dan seterusnya. Angka 0 merupakan angka istimewa karena dengan angka 0 itulah maka manusia bisa membuat komputer dan pergi ke antariksa. Keistimewaan angka 0 adalah sebagai berikut. Dalam paparan ini kita akan menggunakan angka 0 dan 1 karena memang angka itu sebenarnya cuma diwakili sama 0 dan 1 seperti halnya bilangan Binner. Satu ya satu, yang kalau disimbulkan menjadi (1). Kapankah angka 1 mulai digunakan. Siapakah yang menggunakan angka 1 pertama kali?. Apakah Adam, Hawa, Malaikat atau yang lain?. Tentu kita tidak tahu. Jika tidak ada benda bagaimana manusia membuat pikiran tentang satu?. Maksudnya begini, jika anda melihat seekor sapi anda akan memahami sebagai 1 ekor. Jika anda melihat sebuat kursi maka anda akan memahami 1 buah kursi. Tetapi jika tidak ada Sapi, Kursi dan benda lainnya bagaimana anda memahami satu?. Anggaplah alam semesta ini tidak ada bulan, bintang, manusia dll, bagaimana kita menganalogikakan sebuah kata satu jika hanya ada yang kosong gak ada isinya?. Sebenarnya angka itu hanya ada 2 yaitu Nol (0) dan satu (1). Sedangkan angka 2,3,4,5,6,7,8,9 dan lainnya itu angka simbol. Siapa satu disini sebenarnya?. Nol bisa disebut 1 dan Satu juga bisa disebut 1. Untuk menjawabnya ada baiknya kita membahas hubungan antara ruang dan Tuhan. Manakah yang lebih dulu ada, apakah ruang atau Tuhan. Berhubung Tuhan itu pencipta segala sesuatu maka lebih dulu Tuhan. Jika lebih dulu Tuhan lalu Tuhan ada dimana?. Apa Tuhan ada didalam zat padat (karena gak ada ruang)?. Berhubung angka Nol dan 1 itu angka sejati maka lebih baik jika aku katakan Tuhan dan ruang itu satu kesatuan. Ruang selalu ada dimana ada Tuhan. Jadi Ruang itu bagian dari Tuhan, itulah mengapa Allah Maha Tahu terhadap ciptaanNYA, karena layaknya gelombang frekuensi, ruh kita ini dan ruh Allah sebenarnya dekat sekali. Gelombang ruh Allah meradar gelombang ruh kita. [QS 50:16] Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Kembali kemasalah awal sebenarnya di dunia ini hanya ada angka 1. Angka satu bisa merujuk pada Nol dan Satu. Satu= 0 Satu= 1 0= Allah 1= Ruang Jadi Tiada Tuhan Selain Allah===>Tiada Ruang selain ada Allah. Allah seluas ruang dan waktu. Perhatikanlah gambar dibawah ini : Perhatikanlah gambar diatas. Dapat anda lihat adanya deret angka. Berapakah batas akhir deret angka?. Kita tidak tahu. Deret angka itu sebagai penunjuk jarak ruang yang tak terbatas. Kita tidak tahu berapa akhir dari suatu angka. Begitu pula dengan akhir jarak suatu ruang, hanya Allah yang tahu. Jika anda bisa mencari titik tengah antara sebelah barat dan timur disitulah kemungkinan singgasana Arsy Allah. Tiada Tuhan selain Allah Tiada dicipta selain Pencipta Tiada Tuhan selain Tuhan yang sejati TIADA 1 SELAIN ADA 0 dst…-3,-2,-1,0,1,2,3…dst Nol (0) merupakan angka bebas, bukan hasil turunan. Bukan hasil pembagian, perkalian atau penjumlahan. Sedangkan angka 1,2,3 dan lainnya bisa hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. 0 bukan hasil pengurangan===>1-1 atau 2-2 dan sejenisnya. Jika 1 dikurangi 1 (1-1) tentu secara umum seharusnya hasilnya kosong ( ). Jadi mengindikasikan bahwa angka 0 itu memang angka spesial. Dan seharusnya simbol angka NOL itu tidak dipakai untuk menunjukkan angka puluhan,ratusan atau ribuan dan seterusnya.Mungkin lebih baik jika simbol itu diganti dengan bentuk segi 4 atau lainnya misalnya huruf Q. Jika simbol angka NOL itu seperti huruf o (0), maka sebaiknya angka 10 ditulis bukan dalam bentuk 1 dan 0, karena seolah-olah angka 0 itu tidak berdiri sendiri. Mungkin lebih baik ditulis 1 dan Q, jadi 10 = 1Q==>100 = 1QQ ==> 1000 = 1QQQ. Karena 100 merupakan penjumlahah 1 +1 +1 sampai berjumlah 100, dimana sebenarnya angka 0 tidak ikut didalamnya. Mungkin dari kita bertanya jika ada yang dicipta berarti ada yang mencipta, lalu siapakah yang menciptakan Allah?. Tentu jika ini dijawab tidak akan ada ujung. Jawaban yang tepat memang “Tuhan tiada beranak dan diperanakkan”<==>Tuhan tidak diciptakan<==>Tuhan=0. 0 x 1 = 0 0 : 1 = 0 1 : 0 = mustahil 0 – 1 = -1 0 + 1 = 1 0 = Tuhan 1 = Makhluk Dari hasil olah data diatas tampak bahwa angka 0 itu angka yang bisa mempengaruhi angka 1 tapi tidak bisa dipengaruhi. Anda bisa saja mengganti angka 1 menjadi 2,3,4 atau angka lainnya. Tetap saja angka 0 bisa mempengaruhi tapi tidak bisa dipengaruhi. Jadi benar bahwa hukum yang utama adalah bahwa Tuhan itu 1 dimana angka 0 juga hanya 1 angka. Anda bisa melihat perumpamaannya dibawah ini : Deret angka ==> (tak terhingga)…..-3,-2,-1, 0, 1, 2, 3….(tak terhingga) 1111 merupakan kumpulan dari 1000 + 100 + 10 + 1 1000 merupakan jumlah 1 + 1 + 1 sampai berjumlah 1000 100 merupakan jumlah 1 + 1 + 1 sampai berjumlah 100 10 merupakan jumlah 1 + 1 + 1 sampai berjumlah 10 Dari paparan diatas jangan diartikan bahwa angka 1000 itu terdiri dari 1 angka 1 dan 3 angka 0. Jadi angka 0 itu bisa mempengaruhi dan tidak bisa dipengaruhi. Dan sekali lagi bahwa angka 0 merupakan satu-satunya angka yang bebas. Jika seandainya hukum yang utama bukan “TUHAN ITU SATU” berarti konsep bahwa Tuhan itu sebagai angka 0 bisa merusak tatanan matematis yang bisa membuat perhitungan kacau dan hancur. Ahammiyyatu Ma’rifatullah ( Pentingnya Mengenal Allah ) Tujuan Materi: 1. Memahami pentingnya ma’rifatullah dalam kehidupan manusia. 2. Memahami bahwa ma’rifatullah dapat menjadikannya mencapai hasil penambahan iman dan taqwa. Kisi-Kisi Materi: 1. Kepentingan mengenal Allah (QS. 47:19 , 3:18 , 22:72 -73 , 39:67 ). 2. Tema pembicaraan ma’rifatullah — Allah Rabbul Alamin (QS. 13:16 , 6:12 , 19 , 29:59 , 24:35 , 2:255). 3. Didukung dalil yang kuat: Naqli (QS.6:19 ) Aqli (QS. 3:190 ) Fitri (QS. 7:172 , 75:14-25 ) 4. Dapat meningkatkan iman dan takwa: Kemerdekaan (QS. 6:82 ) Ketenangan (QS. 13:28 ) Berkah (QS. 7:94 ) Kehidupan yang baik (QS. 16:97 ) Surga (QS. 10:25 -26 ) Keridhaan Allah (QS. 98:8 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar